Pages

Rabu, 29 Februari 2012

MENGINTIP PERKEMBANGAN ISLAM DI PUSAT PERADABAN BARAT

Bulan Juli lalu penulis berkesempatan untuk mengikuti sebuah program summer school di Inggris Raya, tepatnya di Cambridge, sebuah kota di timur utara London. Kota ini berjarak 2,5–3 jam perjalanan dengan coach (bus) dari Bandara Heathrow—bandara tersibuk di Inggris Raya. Di sela-sela program itu, penulis mencoba mengintip perkembangan Islam di negeri Ratu Elizabeth ini.
Menelusuri jejak Islam di Inggris mengharuskan kita kembali ke waktu sekitar 1000 tahun silam. Beberapa jejak arkeologis seperti kepingan uang logam dan bros menunjukkan bukti bahwa pada waktu itu kaum Muslim telah ada di sana.  Namun demikian, pertumbuhan kaum Muslim di Inggris berlangsung pesat sejak permulaan abad ke-18. Ini ditandai dengan kedatangan imigran Muslim dari India.
Di masa awal perkembangan itu, kaum Muslim terkonsentrasi di beberapa kota besar di Inggris Raya yang menjadi pusat perdagangan maupun kota pelabuhan, seperti Cardiff (Wales), Liverpool, Glasgow dan London. Setelah itu, gelombang imigrasi besar-besaran terjadi lagi pada pertengahan abad ke-20. Mereka sebagian besar merupakan pekerja yang dipekerjakan di pabrik-pabrik besi, baja, tekstil dan industri lainnya. Mayoritas berasal dari Asia Selatan dan tinggal di kota-kota industri di kawasan Midlands (Inggris Tengah) dan kota-kota tekstil seperti Lanchasire, Yorkshire dan Strachclyde.
Dewasa ini, kaum Muslim telah menyebar di seantero wilayah Inggris Raya mulai dari Wales, Skotlandia, Inggris dan Irlandia Utara. Populasinya pun saat ini hampir 3 juta orang atau lebih dari 4 persen dari total penduduk. Dan yang menggembirakan, 50 persen di antaranya merupakan kelahiran Inggris Raya dan 50 persen berusia di bawah 25 tahun.
Beberapa kota besar yang saat ini menjadi pusat pertumbuhan kaum Muslim antara lain Birmingham, Bradford, Manchester dan London, dengan kisaran populasi antara 16-17 persen dari total penduduk. Angka tersebut diperkirakan akan semakin bertambah dalam beberapa tahun ke depan. Dalam kehidupan kenegaraan, banyak di antara kaum Muslim tersebut yang duduk di parlemen, menjabat walikota, menjadi politisi, duduk sebagai duta besar, berkarir di kemiliteran dan beberapa jabatan publik lainnya.
Sedangkan dari sisi sosial budaya, kaum Muslim telah memberikan corak kehidupan tersendiri di tengah-tengah kehidupan kaum kapitalis sekuler di sana. Kaum Muslimah begitu mudah ditemui. Kaum Muslimah memakai jilbab atau sekadar memakai kerudung atau kaum lelaki yang berjambang lebat serta berbusana Muslim, baik di dalam tube (kereta bawah tanah), di bus, di kawasan perkantoran, di sentra perdagangan, maupun di sekolah, termasuk universitas. Mereka juga banyak terlihat di sentra-sentra pemukiman Muslim di London seperti di kawasan Brick Lane, East Ham, atau Whitechapel yang termasuk wilayah London Borough of Tower of Hamlet dan London Borough of Newham.
Di daerah itu masjid berdiri dengan berbagai coraknya, termasuk yang terbesar di kawasan itu yaitu East London Mosque – yang juga berfungsi sebagai London Muslim Center. Tapi jangan dibayangkan masjid yang mempunyai kubah dan area parkir yang luas sebagaimana di Indonesia, kecuali hanya beberapa masjid besar saja. Karena sebagian besar bangunan masjid tersebut adalah bekas gudang atau toko yang dibeli oleh komunitas Muslim dan disulap menjadi masjid. Saat ini terdapat lebih dari 1.600 masjid di seluruh Inggris Raya.
Selain masjid, di kawasan tersebut sangat mudah ditemukan restoran halal yang menyediakan masakan ala Pakistan, Bangladesh, India, Turki dan makanan Timur Tengah. Di pusat kota Birmingham, Bradford dan sebagian London, restoran itu banyak dijumpai hanya saja harganya bisa sangat mahal kalau tidak pandai memilih.
Dalam aspek pendidikan, berkembang berbagai model sekolah Islam, mulai dari nursery (kelompok bermain), sekolah menengah maupun sekolah tinggi (college). Ada pula sekolah Islam khusus untuk anak perempuan, misalnya Plashet School di kawasan East Ham, London Timur, yang mampu menampung lebih dari 1000 murid. Di pendidikan tinggi, banyak berkembang Islamic College seperti yang ada di Cambridge atau Eton College di London. Bahkan Cambridge University pun beberapa tahun lalu mendirikan pusat studi Islam yang dinamakan Prince Talal al Waleed atau pun di Oxford University yang juga sejak belasan tahun lalu mendirikan Islamic Center of Oxford. Banyak juga jurusan mengenai keislaman di berbagai universitas yang tersebar di seluruh Inggris Raya. Bahkan khusus untuk jurusan keuangan dan ekonomi Islam, saat ini menjadi rujukan dunia karena diyakini sebagai yang terbaik.

Islam Harapan Inggris
Secara umum, kaum Muslim di Inggris Raya dapat menjalankan berbagai kegiatan ritual keagamaan dengan baik, walaupun tidak sedikit kebijakan yang dilontarkan oleh Pemerintah Inggris Raya justru tidak memihak kaum Muslim, seperti kebijakan untuk melarang burqa'. Berbagai aliran dan gerakan Islam pun tumbuh subur dengan bebas. Ada Salafy, Jamaah Tabligh, Hizbut Tahrir dan beberapa aliran tarekat. Semua masjid di Inggris Raya mendapatkan bantuan operasional dari negara, baik untuk pemeliharaan masjid, gaji imam dan penyelenggaraan acara keagamaan.
Pasca peristiwa ledakan bom di London pada 7 Juli 2005 – yang dikenal dengan 7/7, pemerintah meningkatkan pengawasan terhadap masjid khususnya dari sisi aktifitas dan imam atau penceramah yang diperbolehkan bicara di masjid. Untuk memastikan hal itu,  pemerintah memberikan kewenangan kepada City Council (Dewan Kota) untuk melakukan pengawasan dari dekat dan menyeleksi para imam atau penceramah yang boleh diundang. Hal itu membuat para syabab Hizbut Tahrir tidak leluasa bergerak, walaupun ada beberapa anggotanya yang menjadi pengurus di masjid lingkungan tempat tinggalnya.
Perkembangan Islam yang sangat pesat tersebut telah membuat takut sebagian masyarakat Inggris Raya. Mereka khawatir suatu saat nanti jumlah kaum Muslim melebihi jumlah kaum Kristiani yang kini mayoritas.
Fakta di sebagian besar negara Eropa menunjukkan, banyak gereja yang mulai ditinggalkan jamaahnya dan dalam tahap lanjut kemudian bangkrut dan dijual. Beberapa di antaranya bahkan beralih fungsi menjadi masjid. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti Inggris Raya akan menjadi salah satu “negeri Muslim” di kawasan Eropa. Inggris Raya yang telah menjadi pusat peradaban Barat selama beberapa abad, lambat laun akan semakin meredub cahayanya dan akan digantikan sebuah peradaban baru yang mencerahkan dan membebaskan, yaitu peradaban Islam.
Berkenaan dengan hal itu, saya menjadi teringat ucapan salah satu syabab Hizbut Tahrir Inggris Raya – sekaligus guide saya berkeliling London – ketika mengunjungi Istana Buckingham (Buckingham Palace) – tempat Ratu Elizabeth II bertahta. Ia mengatakan, ”Insya Allah, istana ini kelak akan berubah menjadi Kantor Wali Khilafah untuk wilayah Inggris Raya.” Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar