Jika seorang pelajar ingin meraih
kesempurnaan ilmu, hendaklah ia menjauhi kemaksiatan dan senantiasa
menundukkan pandangannya dari hal-hal yang haram untuk dipandang karena
yang demikian itu akan membukakan beberapa pintu ilmu, sehingga
cahayanya akan menyinari hatinya. Jika hati telah bercahaya maka akan
jelas baginya kebenaran. Sebaliknya, barangsiapa mengumbar pandangannya,
maka akan keruhlah hatinya dan selanjutnya akan gelap dan tertutup
baginya pintu ilmu.
(Ibnu Qayyim Al-Jauziyah).
Mata dan hati memiliki ikatan yang kuat. Para dokter akhlaq bertutur,
“Antara mata dan hati ada kaitan eratnya. Bila mata telah rusak dan
hancur, maka hati pun rusak dan hancur.
Berapa banyak jatuh korban akibat kerlingan mata yang membawa kehancuran
dan penderitaan. Sudah amat banyak kita dengar kasus-kasus perbuatan
keji yang dilakukan oleh para pemuda (perzinaan, homoseks, lesbian),
suami-istri yang bercerai, atau menderitanya anak-anak sebagai korban.
Semua bencana ini berasal dari pandangan mata, sebagaimana kata penyair,
“Pandangan, lalu senyuman, kemudian salam dan bicara, lalu janji,
kemudian pertemuan”. Pandangan melahirkan lintasan pikran, lintasan
pikiran melahirkan nafsu syahwat, nafsu syahwat melahirkan kemauan yang
kuat, sehingga menjadi tekad yang bulat. Dari sini dapat dipastikan akan
muncul suatu perbuatan, selama tidak ada penghalang. Mustahil bisa
terjaga kehormatan dan kesucian keluarga kecuali dengan menahan diri dan
menjaga pandangan mata.
Sebuah pepatah mengatakan, “Bersabar menjaga mata lebih mudah
daripada bersabar menanggung derita sesudahnya.” Seseorang yang
mengumbar pandangannya akan senantiasa menyesal, ia terkena panah dari
salah satu panah beracun iblis. ‘Ali bin Abi Thalib ra. pernah berkata,
“Mata adalah tempat memancing bagi setan.” Masuknya setan salah satunya
ketika seseorang memandang. Sesungguhnya masuknya setan lewat jalan ini
melebihi kecepatan aliran udara ke ruangan yang hampa. Setan akan
menjadikan wujud yang dipandang seakan-akan indah, menjadikannya sebagai
berhala tautan hati. Kemudian mengobral janji dan angan-angan. Lalu ia
nyalakan api syahwat dan ia lemparkan kayu bakar maksiat. Seseorang
tidak mungkin melakukannya tanpa adanya gambaran wujud yang
dipandangnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan kaum mukminin dan
mukminat apa yang menimbulkan syhwat lelaki dan syahwat wanita dan tidak
memperkeras peringatan-Nya dari perzinaan saja. Bahkan apa yang
mengajak atau mendekatkan pada zina pun dilarang. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.
(Al-Quran al-Karim Surah Al-Isra’ [17]: 32).
Diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
“Dua pasang mata itu berzina dengan cara melihat.” (Muttafaq ‘alaihi).
Dipahami bahwa menatap dengan mata adalah sebagian dari zina karena
mendapat bagian yang besar dari kelezatan serta hiburan antara pria dan
wanita. Oleh sebab itu, pandangan mata harus dijaga.
MANFAAT MENJAGA PANDANGAN MATA
[1]. Mendekatkan hati kepada Allah.
Melepaskan pandangan tanpa kontrol dapat merusak dan menjauhkan hati
dari Allah, serta dapat memutuskan hubungan antara hamba dan Tuhan. Para
pemerhati masalah jiwa mengemukakan bahwa antara mata dan hati ada satu
celah dan jalan. Manakala mata rusak, maka hati pun rusak, dan menjadi
tempat kotoran. Hati itu tak bisa lagi menjadi fasilitas untuk mengenal,
mencintai, dan menuju Allah.
[2]. Memberikan pakaian penuh cahaya kepada hati.
Melepaskan pandangan secara bebas berarti membusanai hati dengan pakaian
kegelapan. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan ayat
an-Nur (cahaya) segera setelah memberikan perintah menjaga pandangan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
”Katakanlah kepada orang-orang mukmim untuk menjaga pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka”
(Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nur [24 ]: ayat 30)
Setelah itu, Allah menyebutkan hasil atau pengaruhnya,
“Allah adalah cahaya yang menerangi langit dan bumi. Cahaya-Nya itu bagaikan lubang, yang di dalamnya ada pelita … “
(Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nur [24]: ayat 35)
Yaitu, seperti cahaya Allah di dalam hati hamba-Nya yang mukmin yang
menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Manakala hati mendapat
nur, hati itu dapat menerima berbagai kebaikan dari segala sisi. Namun,
ketika hati gelap, ia menerima seluruh musibah dan keburukan dari semua
tempat.
[3]. Melahirkan firasat yang benar, yang dengannya seseorang bisa
membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang jujur dan yang
dusta.
Syuja’ al-Karmaniy mengatakan, ”Siapa yang mengisi lahiriahnya dengan
mengkuti sunnah dan mengisi batinnya dengan senantiasa mawas diri,
menjaga pandangan dari yang terlarang, menahan diri dari syubhat, dan
makan yang halal, pasti firasatnya tidak pernah salah.” Syuja’ sendiri
adalah orang yang firasatnya senantiasa benar.
[4]. Membuat hati berkonsentrasi dalam memikirkan hal-hal yang baik.
Mengumbar pandangan, akan membuat seseoarang akan lupa akan hal itu,
karena ada pembatas antara dia dan hatinya. Jiwanya pecah dan ia jatuh
ke dalam perangkap hawa nafsunya dan lalai mengingat Tuhan.
Ada kisah menarik mengenai menjaga pandangan ini. Karena sangat menjaga
pandangannya, sebagian orang menduga bahwa Rabi’ bin Khutsaim buta.
Selama dua puluh tahun, ia sering berkunjung ke rumah ibnu Mas’ud,
”Temanmu yang telah buta telah datang.” Ibnu Mas’ud tertawa karena
ucapan itu. Ketika melihat Rabi’, Ibnu Mas’ud berkata, ”Alangkah
gembiranya al-mukhbitiin (orang-orang yang merendahkan diri dihadapan
Allah). Demi Allah, seandainya Muhammad Shallallahu ’alaihi wa Sallam
melihatmu, pasti beliau senang.”
Mata yang selalu dijaga dari hal-hal yang diharamkan, tidak akan
tersentuh oleh api neraka sebagaimana sabda Rasulullah Shallalahu
‘alaihi wa Sallam, “Tiga pasang mata tidak akan menyentuh api neraka,
yaitu mata yang menutup dari apa yang diharamkan oleh Allah, mata yang
terjaga di jalan Allah, dan mata yang menangis karena takut kepada
Allah.” (Hadits Riwayat Imam Hakim dan Imam Baihaqy).
Balasan itu setimpal dengan amal. Barangsiapa yang menundukkan
pandangannya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, niscaya Allah akan
mencemerlangkan cahaya bashirahnya. Siapa yang meninggalkan sesuatu
demi Allah, Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik
baginya. Apabila seseorang menjaga pandangan dari hal-hal yang haram,
Allah akan menggantikannya dengan nur pandangan-Nya. Allah juga akan
membukakan untuknya pintu pengetahuan, iman, makrifat, dan firasat yang
benar.
Sebagai penutup, nasihat dari Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah untuk memohon pada Allah agar menghidupkan hati kita.
Sungguh aneh orang yang punya keperluan dan memohon agar Allah
memenuhinya, namun ia tak memohon untuk menghidupkan hatinya agar tidak
terjangkit kebodohan, agar disembuhkan dari penyakit syahwat dan
syubhat; sebab jika hati telah mati maka ia tak akan merasakan
kedurhakaan kepada Allah.
(Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar