Nafsu adalah kecondongan jiwa kepada perkara-perkara yang selaras dengan kehendaknya. Kecondongan ini secara fitrah telah diciptakan pada diri manusia demi kelangsungan hidup mereka. Sebab bila tak ada selera terhadap makanan, minuman dan kebutuhan biologis lainnya niscaya tidak akan tergerak untuk makan, minum dan memenuhi kebutuhan biologis tersebut.Nafsu mendorongnya kepada hal-hal yang dikehendakinya tersebut. Sebagaimana rasa emosional mencegahnya dari hal-hal yang menyakitinya.
Maka dari itu tidak boleh mencela nafsu secara mutlak dan tidak boleh pula memujinya secara mutlak. Namun karena kebiasaan orang yang mengikuti hawa nafsu, syahwat dan emosinya tidak dapat berhenti sampai pada batas yang bermanfaat saja maka dari itulah hawa nafsu, syahwat dan emosi dicela, karena besarnya mudharat yang ditimbulkannya.
Sehubungan manusia selalu diuji dengan hawa nafsu, tidak seperti hewan dan setiap saat ia mengalami berbagai macam gejolak, maka ia harus memiliki dua peredam, yaitu akal sehat dan agama. Maka diperintahkan untuk mengangkat seluruh hawa nafsu kepada agama dan akal sehat. Dan hendaknya ia selalu mematuhi keputusan kedua peredam tersebut.
Lalu bagaimana solusi bagi orang yang sudah terjerat dari hawa nafsu agar terlepas dari jeratannya? Ia bisa terlepas dari jeratan hawa nafsu dengan pertolongan Allah dan taufik-Nya melalui terapi berikut :
·
Tekad membara yang membakar kecemburuannya
terhadap dirinya.
·
Seteguk kesabaran untuk memotivasi dirinya agar
bersabar atas kepahitan yang dirasakan saat mengekang hawa nafsu.
kekuatan jiwa untuk menumbuhkan keberaniaannya meminum seteguk kesabaran tersebut. Karena hakikat keberanian tersebut adalah sabar barang sesaat! sebaik-baik bekal dalam hidup seseorang hamba adalah sabar!.
kekuatan jiwa untuk menumbuhkan keberaniaannya meminum seteguk kesabaran tersebut. Karena hakikat keberanian tersebut adalah sabar barang sesaat! sebaik-baik bekal dalam hidup seseorang hamba adalah sabar!.
·
Selalu memeperhatikan hasil yang baik dan
kesembuhan yang didapat dari seteguk kesabaran.
·
Selalu mengingat pahitnya kepedihan yang
dirasakan daripada kelezatan menuruti kehendak hawa nafsu.
Kedudukan dan martabatnya di sisi Allah dan di hati para hamba-Nya lebih baik dan berguna daripada kelezatan mengikuti tuntutan hawa nafsu.
Kedudukan dan martabatnya di sisi Allah dan di hati para hamba-Nya lebih baik dan berguna daripada kelezatan mengikuti tuntutan hawa nafsu.
·
Hendaklah lebih mengutamakan manis dan lezatnya
menjaga kesucian diri dan kemuliaanya daripada kelezatan kemaksiatan.
·
Hendaklah bergembira dapat mengalahkan musuhnya,
membuat musuhnya merana dengan membawa kemarahan, kedukaan dan kesedihan!
Karena gagal meraih apa yang diinginkannya. Allah azza wa jalla suka kepada
hamba yang dapat memperdaya musuhnya dan membuatnya marah (kesal). Allah
berfirman : Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan
amarah orang-orang kafir dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh,
melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan demikian itu suatu amal shaleh.
(At-Taubah:120). Dan salah satu tanda cinta yang benar adalah membuat kemarahan
musuh kekasih yang dicintainya dan menaklukannya (musuh kekasih tersebut).
·
Senantiasa berpikir bahwa ia diciptakan bukan
untuk memperturutkan hawa nafsu namun ia diciptakan untuk sebuah perkara yang
besar, yaitu beribadah kepada Allah pencipta dirinya. Perkara tersebut tidak
dapat diraihnya kecuali dengan menyelisihi hawa nafsu.
Janganlah sampai hewan ternak lebih baik keadaannya daripada dirimu!
Sebab dengan tabiat yang dimilikinya, hewan tahu mana yang berguna dan mana
yang berbahaya bagi dirinya. Hewan ternak lebih mendahulukan hal-hal yang
berguna daripada hal-hal yang membahayakan. Manusia telah diberi akal untuk
membedakannya, jika ia tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
berbahaya atau mengetahui tetapi lebih mendahulukan yang membahayakan dirinya
maka jelas hewan ternak lebih baik dari pada dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar