Bulan Juli lalu penulis berkesempatan
untuk mengikuti sebuah program summer school di Inggris Raya, tepatnya
di Cambridge, sebuah kota di timur utara London. Kota ini berjarak 2,5–3
jam perjalanan dengan coach (bus) dari Bandara Heathrow—bandara
tersibuk di Inggris Raya. Di sela-sela program itu, penulis mencoba
mengintip perkembangan Islam di negeri Ratu Elizabeth ini.
Menelusuri jejak Islam di Inggris
mengharuskan kita kembali ke waktu sekitar 1000 tahun silam. Beberapa
jejak arkeologis seperti kepingan uang logam dan bros menunjukkan bukti
bahwa pada waktu itu kaum Muslim telah ada di sana. Namun demikian,
pertumbuhan kaum Muslim di Inggris berlangsung pesat sejak permulaan
abad ke-18. Ini ditandai dengan kedatangan imigran Muslim dari India.
Di masa awal perkembangan itu, kaum
Muslim terkonsentrasi di beberapa kota besar di Inggris Raya yang
menjadi pusat perdagangan maupun kota pelabuhan, seperti Cardiff
(Wales), Liverpool, Glasgow dan London. Setelah itu, gelombang imigrasi
besar-besaran terjadi lagi pada pertengahan abad ke-20. Mereka sebagian
besar merupakan pekerja yang dipekerjakan di pabrik-pabrik besi, baja,
tekstil dan industri lainnya. Mayoritas berasal dari Asia Selatan dan
tinggal di kota-kota industri di kawasan Midlands (Inggris Tengah) dan
kota-kota tekstil seperti Lanchasire, Yorkshire dan Strachclyde.
Dewasa ini, kaum Muslim telah menyebar
di seantero wilayah Inggris Raya mulai dari Wales, Skotlandia, Inggris
dan Irlandia Utara. Populasinya pun saat ini hampir 3 juta orang atau
lebih dari 4 persen dari total penduduk. Dan yang menggembirakan, 50
persen di antaranya merupakan kelahiran Inggris Raya dan 50 persen
berusia di bawah 25 tahun.
Beberapa kota besar yang saat ini
menjadi pusat pertumbuhan kaum Muslim antara lain Birmingham, Bradford,
Manchester dan London, dengan kisaran populasi antara 16-17 persen dari
total penduduk. Angka tersebut diperkirakan akan semakin bertambah dalam
beberapa tahun ke depan. Dalam kehidupan kenegaraan, banyak di antara
kaum Muslim tersebut yang duduk di parlemen, menjabat walikota, menjadi
politisi, duduk sebagai duta besar, berkarir di kemiliteran dan beberapa
jabatan publik lainnya.
Sedangkan dari sisi sosial budaya, kaum
Muslim telah memberikan corak kehidupan tersendiri di tengah-tengah
kehidupan kaum kapitalis sekuler di sana. Kaum Muslimah begitu mudah
ditemui. Kaum Muslimah memakai jilbab atau sekadar memakai kerudung atau
kaum lelaki yang berjambang lebat serta berbusana Muslim, baik di dalam
tube (kereta bawah tanah), di bus, di kawasan perkantoran, di sentra
perdagangan, maupun di sekolah, termasuk universitas. Mereka juga banyak
terlihat di sentra-sentra pemukiman Muslim di London seperti di kawasan
Brick Lane, East Ham, atau Whitechapel yang termasuk wilayah London
Borough of Tower of Hamlet dan London Borough of Newham.
Di daerah itu masjid berdiri dengan
berbagai coraknya, termasuk yang terbesar di kawasan itu yaitu East
London Mosque – yang juga berfungsi sebagai London Muslim Center. Tapi
jangan dibayangkan masjid yang mempunyai kubah dan area parkir yang luas
sebagaimana di Indonesia, kecuali hanya beberapa masjid besar saja.
Karena sebagian besar bangunan masjid tersebut adalah bekas gudang atau
toko yang dibeli oleh komunitas Muslim dan disulap menjadi masjid. Saat
ini terdapat lebih dari 1.600 masjid di seluruh Inggris Raya.
Selain masjid, di kawasan tersebut
sangat mudah ditemukan restoran halal yang menyediakan masakan ala
Pakistan, Bangladesh, India, Turki dan makanan Timur Tengah. Di pusat
kota Birmingham, Bradford dan sebagian London, restoran itu banyak
dijumpai hanya saja harganya bisa sangat mahal kalau tidak pandai
memilih.
Dalam aspek pendidikan, berkembang
berbagai model sekolah Islam, mulai dari nursery (kelompok bermain),
sekolah menengah maupun sekolah tinggi (college). Ada pula sekolah Islam
khusus untuk anak perempuan, misalnya Plashet School di kawasan East
Ham, London Timur, yang mampu menampung lebih dari 1000 murid. Di
pendidikan tinggi, banyak berkembang Islamic College seperti yang ada di
Cambridge atau Eton College di London. Bahkan Cambridge University pun
beberapa tahun lalu mendirikan pusat studi Islam yang dinamakan Prince
Talal al Waleed atau pun di Oxford University yang juga sejak belasan
tahun lalu mendirikan Islamic Center of Oxford. Banyak juga jurusan
mengenai keislaman di berbagai universitas yang tersebar di seluruh
Inggris Raya. Bahkan khusus untuk jurusan keuangan dan ekonomi Islam,
saat ini menjadi rujukan dunia karena diyakini sebagai yang terbaik.
Islam Harapan Inggris
Secara umum, kaum Muslim di Inggris Raya dapat menjalankan berbagai kegiatan ritual keagamaan dengan baik, walaupun tidak sedikit kebijakan yang dilontarkan oleh Pemerintah Inggris Raya justru tidak memihak kaum Muslim, seperti kebijakan untuk melarang burqa'. Berbagai aliran dan gerakan Islam pun tumbuh subur dengan bebas. Ada Salafy, Jamaah Tabligh, Hizbut Tahrir dan beberapa aliran tarekat. Semua masjid di Inggris Raya mendapatkan bantuan operasional dari negara, baik untuk pemeliharaan masjid, gaji imam dan penyelenggaraan acara keagamaan.
Islam Harapan Inggris
Secara umum, kaum Muslim di Inggris Raya dapat menjalankan berbagai kegiatan ritual keagamaan dengan baik, walaupun tidak sedikit kebijakan yang dilontarkan oleh Pemerintah Inggris Raya justru tidak memihak kaum Muslim, seperti kebijakan untuk melarang burqa'. Berbagai aliran dan gerakan Islam pun tumbuh subur dengan bebas. Ada Salafy, Jamaah Tabligh, Hizbut Tahrir dan beberapa aliran tarekat. Semua masjid di Inggris Raya mendapatkan bantuan operasional dari negara, baik untuk pemeliharaan masjid, gaji imam dan penyelenggaraan acara keagamaan.
Pasca peristiwa ledakan bom di London
pada 7 Juli 2005 – yang dikenal dengan 7/7, pemerintah meningkatkan
pengawasan terhadap masjid khususnya dari sisi aktifitas dan imam atau
penceramah yang diperbolehkan bicara di masjid. Untuk memastikan hal
itu, pemerintah memberikan kewenangan kepada City Council (Dewan Kota)
untuk melakukan pengawasan dari dekat dan menyeleksi para imam atau
penceramah yang boleh diundang. Hal itu membuat para syabab Hizbut
Tahrir tidak leluasa bergerak, walaupun ada beberapa anggotanya yang
menjadi pengurus di masjid lingkungan tempat tinggalnya.
Perkembangan Islam yang sangat pesat
tersebut telah membuat takut sebagian masyarakat Inggris Raya. Mereka
khawatir suatu saat nanti jumlah kaum Muslim melebihi jumlah kaum
Kristiani yang kini mayoritas.
Fakta di sebagian besar negara Eropa
menunjukkan, banyak gereja yang mulai ditinggalkan jamaahnya dan dalam
tahap lanjut kemudian bangkrut dan dijual. Beberapa di antaranya bahkan
beralih fungsi menjadi masjid. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti
Inggris Raya akan menjadi salah satu “negeri Muslim” di kawasan Eropa.
Inggris Raya yang telah menjadi pusat peradaban Barat selama beberapa
abad, lambat laun akan semakin meredub cahayanya dan akan digantikan
sebuah peradaban baru yang mencerahkan dan membebaskan, yaitu peradaban
Islam.
Berkenaan dengan hal itu, saya menjadi
teringat ucapan salah satu syabab Hizbut Tahrir Inggris Raya – sekaligus
guide saya berkeliling London – ketika mengunjungi Istana Buckingham
(Buckingham Palace) – tempat Ratu Elizabeth II bertahta. Ia mengatakan,
”Insya Allah, istana ini kelak akan berubah menjadi Kantor Wali Khilafah
untuk wilayah Inggris Raya.” Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar